selama enam hari menemani masyarakat dari Aceh Besar dan Piddie yang belajar pertanian organik. bertempat di markas PPLH Seloliman dan kesejukan lereng jolotundo kawasan Gunung Penanggungan. mendamaikan hati dan segar sekali menggali gagasan apa itu motivator? apa saja ciri2 motivator Andalan?
dengan semangat bangkit dari krisis pasca konflik dan tsunami peserta sungguh menginspirasi saya dengan hadirnya bahwa harapan baru selalu bisa diciptakan. inilah yang disampaikan oleh bu Armanuzah dan Tgk Zarkasyi. begitu juga pemuda berenergy dan penuh tekad si zoel yang setia merekam semua proses kegiatan.
ditemani tim Trainer PPLH. kami merancang proses yang segar. bertempat diruang ala thtater dan menggabungkan kekuatan imajinasi untuk menemukan gairah perubahan mereka kami kenalkan metode perkenalan yang asyik. lalu pengamatan area PPLH dengan keanekaragaman dan memberikan umpan balik belajar setiap hari. dan peserta membuat Diary Harian pula untuk mengenang apa yang telah dipelajari, dicipta dan dianggap paling berkesan untuk menjadi sumber inspirasi sepulangnya nanti.
esoknya mereka kita perkenalkan proses membuat pupuk dari bahan sekitar. mulai dari dari dedaunan dan kotoran sapi-kambing-ayam yang bisa menjadi penyubur “suplemen” pertumbuhan tanaman. menjadi pengalaman tersendiri. lalu hari ketiga praktek membuat makanan olahan dari daun bayam untuk menjadi Keripik Bayam. mulai dari proses memetik, membersihkan, menyiapkan tepung adonan dan alat memasak. jadilah keripik bayam organik siap santap. begitu juga saat praktek membuat dodol jagung. mulai dari memproses jagung menjadi kue siap saji dengan kemasan daun jagung, hingga siap santap juga berhasil diciptakan oleh rombongan peserta yang sepulangnya nanti menjadi motivator dalam magang belajar. o ya hampir lupa, sore harinya kami sempatkan study banding ke Kelompok Tani muda di desa Sajen Pacet. kebetulan mereka ini para kaum muda yang giat dan haus pengetahuan. dari semangat bertani hingga mempunyai media online. juga beragam usaha pupuk organik dan penanaman sayur serta bumbu untuk memasak di produksi sendiri. Melepaskan lelah dengan mandi di air panas dan kolam mata air Pacet menjadi acara refreshing pelengkap di hari ini juga menyenangkan. pak abubakar dan perkenalan dengan si ibu penjual jagung bakar menjadi kejadian yang membuat peserta lainnya “ngakak”…. tidak usah saya ceritakan disini ya…. begitu juga saat berfoto naik kuda. wow! seperti menyaksikan abunawas. hehehe…..
hari keempat. saya perkenalkan dengan komunitas brenjonk lestari. kelompok komunitas desa penanggungan yang sudah punya outlet dan program visioner. bahwa bagaiaman memotong mata rantai perjalanan tanaman sayur dari ladang hingga ke atas piring dan meja makan? hebt sekali namanya cak slamet ini. dia menawarkan kursus gratis cara menanam, merawat, dan mengembangkan lahan terbatas samping kanan kiri dan depan belakang rumah menjadi lahan tanaman sayur mayur-bumbu bumbuan (lombok, tomat, bayam, kangkung, cabe merah dan hijau, kembang kol, dll). begitu juga pengalaman bagaimana memulai dan mengerjakan membuka jalur pasar, meneliti harga tomat selama 2 tahun yang tiap hari di ikutinya. sehingga dia tahu kapan tomat beranjak naik dan turun harganya, serta berapa kali harganya berpindah hingga jatuhnya pada konsumen terakhir sangat mahal. edan!
siang hingga sorenya kita tetap dalam kerangka wisata inspiratif ke kota batu. kami menyaksikan dan belajar langsung di tempat pengembangan Desa Biogas. demikianlah yang di tuturkan oleh Gus Udin (tokoh masyarakat dan budayawan) di Ds Pesanggarahan yang berada di lereng gunung Panderman. biogas dengan seekor sapi saja, kotorannya bisa menghidupi bahan bakar setiap hari untuk memasak. jadi biarkan BBM naik, kalo kita pakai biogas tetap ga ngefek! “begitu kata bang Pendi dari PETRA Medan Sumut”.
kenangan bang Pendi yang khas gaya medan ini. mengingatkan pada logat si Nagabonar jadi dua “apa kata dunia”. menurutnya : “perjalanan ini menghantarkan saya untuk mengetahui dua kejaiban dunia yang baru, yaitu kejaiban ke depalan (tanaman kol tumbuh di polyback, yang ditunjukkan oleh Brenjonk). dan kesembilan adalah biogas dengan bermodal menggali tanah, plastik, pipa+selang murah dan seekor sapi, dah bisa jadi bahan bakar seumur hidup dengan merenajakan palstiknya. tidak bisa meledak dan tidak membahayakan lagi!”. ditambahkannya pula: “wah kalo kita tetap miskin dengan mengembangkan cara hidup seperti di Brenjonk dan Biogas ini terus tidak bisa sejahtera ya kelewatan. lha wong dengan biogas mengirit Rp300 ribu dan Rp 80 ribu untuk tanaman sayur mayur dihalaman rumah.
saatnya mengganti tanaman hias dengan sayur mayur dan bahan bakar alternatif disekitar lahan Anda. jika tidak sekarang lalu kapan lagi??
ok. terima kasih pada Bilal yang sudah mengajakku, seluruh tim PPLH, Samdhana, bang Pendi, Pak Abubakar dan Pak Nad, juga Zul serta ustadz Zarkasyi. tidak lupa para perempuan bersemangat, Bu Ar, Ade, Azma, Nur dan Masyita yang tidak tahan mencipta kegiatan di kampung halaman. wah pak sopir yang setia menemani dan pamasak handal Resto Alas PPLH juga terima kasih sajiannya yang mak nyusss.
Buat kawan-kawan motivator dari Aceh, saya tunggu cerita indah dan keberhasilannya menginisiatifi hal baru dikampung halaman. lakukan dengan senang hati dan berbagilah, maka bertambahlah pengetahuan Anda! ingat cerita sang KODOK yang tuli dan begitu tulus berbuat untuk keyakinannya khann?? hehehe…..
ipoel
dengan semangat bangkit dari krisis pasca konflik dan tsunami peserta sungguh menginspirasi saya dengan hadirnya bahwa harapan baru selalu bisa diciptakan. inilah yang disampaikan oleh bu Armanuzah dan Tgk Zarkasyi. begitu juga pemuda berenergy dan penuh tekad si zoel yang setia merekam semua proses kegiatan.
ditemani tim Trainer PPLH. kami merancang proses yang segar. bertempat diruang ala thtater dan menggabungkan kekuatan imajinasi untuk menemukan gairah perubahan mereka kami kenalkan metode perkenalan yang asyik. lalu pengamatan area PPLH dengan keanekaragaman dan memberikan umpan balik belajar setiap hari. dan peserta membuat Diary Harian pula untuk mengenang apa yang telah dipelajari, dicipta dan dianggap paling berkesan untuk menjadi sumber inspirasi sepulangnya nanti.
esoknya mereka kita perkenalkan proses membuat pupuk dari bahan sekitar. mulai dari dari dedaunan dan kotoran sapi-kambing-ayam yang bisa menjadi penyubur “suplemen” pertumbuhan tanaman. menjadi pengalaman tersendiri. lalu hari ketiga praktek membuat makanan olahan dari daun bayam untuk menjadi Keripik Bayam. mulai dari proses memetik, membersihkan, menyiapkan tepung adonan dan alat memasak. jadilah keripik bayam organik siap santap. begitu juga saat praktek membuat dodol jagung. mulai dari memproses jagung menjadi kue siap saji dengan kemasan daun jagung, hingga siap santap juga berhasil diciptakan oleh rombongan peserta yang sepulangnya nanti menjadi motivator dalam magang belajar. o ya hampir lupa, sore harinya kami sempatkan study banding ke Kelompok Tani muda di desa Sajen Pacet. kebetulan mereka ini para kaum muda yang giat dan haus pengetahuan. dari semangat bertani hingga mempunyai media online. juga beragam usaha pupuk organik dan penanaman sayur serta bumbu untuk memasak di produksi sendiri. Melepaskan lelah dengan mandi di air panas dan kolam mata air Pacet menjadi acara refreshing pelengkap di hari ini juga menyenangkan. pak abubakar dan perkenalan dengan si ibu penjual jagung bakar menjadi kejadian yang membuat peserta lainnya “ngakak”…. tidak usah saya ceritakan disini ya…. begitu juga saat berfoto naik kuda. wow! seperti menyaksikan abunawas. hehehe…..
hari keempat. saya perkenalkan dengan komunitas brenjonk lestari. kelompok komunitas desa penanggungan yang sudah punya outlet dan program visioner. bahwa bagaiaman memotong mata rantai perjalanan tanaman sayur dari ladang hingga ke atas piring dan meja makan? hebt sekali namanya cak slamet ini. dia menawarkan kursus gratis cara menanam, merawat, dan mengembangkan lahan terbatas samping kanan kiri dan depan belakang rumah menjadi lahan tanaman sayur mayur-bumbu bumbuan (lombok, tomat, bayam, kangkung, cabe merah dan hijau, kembang kol, dll). begitu juga pengalaman bagaimana memulai dan mengerjakan membuka jalur pasar, meneliti harga tomat selama 2 tahun yang tiap hari di ikutinya. sehingga dia tahu kapan tomat beranjak naik dan turun harganya, serta berapa kali harganya berpindah hingga jatuhnya pada konsumen terakhir sangat mahal. edan!
siang hingga sorenya kita tetap dalam kerangka wisata inspiratif ke kota batu. kami menyaksikan dan belajar langsung di tempat pengembangan Desa Biogas. demikianlah yang di tuturkan oleh Gus Udin (tokoh masyarakat dan budayawan) di Ds Pesanggarahan yang berada di lereng gunung Panderman. biogas dengan seekor sapi saja, kotorannya bisa menghidupi bahan bakar setiap hari untuk memasak. jadi biarkan BBM naik, kalo kita pakai biogas tetap ga ngefek! “begitu kata bang Pendi dari PETRA Medan Sumut”.
kenangan bang Pendi yang khas gaya medan ini. mengingatkan pada logat si Nagabonar jadi dua “apa kata dunia”. menurutnya : “perjalanan ini menghantarkan saya untuk mengetahui dua kejaiban dunia yang baru, yaitu kejaiban ke depalan (tanaman kol tumbuh di polyback, yang ditunjukkan oleh Brenjonk). dan kesembilan adalah biogas dengan bermodal menggali tanah, plastik, pipa+selang murah dan seekor sapi, dah bisa jadi bahan bakar seumur hidup dengan merenajakan palstiknya. tidak bisa meledak dan tidak membahayakan lagi!”. ditambahkannya pula: “wah kalo kita tetap miskin dengan mengembangkan cara hidup seperti di Brenjonk dan Biogas ini terus tidak bisa sejahtera ya kelewatan. lha wong dengan biogas mengirit Rp300 ribu dan Rp 80 ribu untuk tanaman sayur mayur dihalaman rumah.
saatnya mengganti tanaman hias dengan sayur mayur dan bahan bakar alternatif disekitar lahan Anda. jika tidak sekarang lalu kapan lagi??
ok. terima kasih pada Bilal yang sudah mengajakku, seluruh tim PPLH, Samdhana, bang Pendi, Pak Abubakar dan Pak Nad, juga Zul serta ustadz Zarkasyi. tidak lupa para perempuan bersemangat, Bu Ar, Ade, Azma, Nur dan Masyita yang tidak tahan mencipta kegiatan di kampung halaman. wah pak sopir yang setia menemani dan pamasak handal Resto Alas PPLH juga terima kasih sajiannya yang mak nyusss.
Buat kawan-kawan motivator dari Aceh, saya tunggu cerita indah dan keberhasilannya menginisiatifi hal baru dikampung halaman. lakukan dengan senang hati dan berbagilah, maka bertambahlah pengetahuan Anda! ingat cerita sang KODOK yang tuli dan begitu tulus berbuat untuk keyakinannya khann?? hehehe…..
ipoel