Minggu, 18 Mei 2008

Banjarbaru

menyambut ajakan Mai "my partner" beberapa kali dalam fasilitasi bersama inspirit, saya berangkat ke Kalimantan Selatan. membantu proses seminar dan lokakarya multi pihak tentang daya rusak pertambangan batubara. tanggal 14-15 saya berada di Banjarbaru. bertemu dengan keluarga ED WALHI KALSEL dan peserta semiloka menaikkan adrenalin merancang proses pertemuan yang melahirkan gagasan baru.

semangat pertemuan yang awalnya untuk mengidentifikasi problematika pertambangan batubara dilanjut dengan gagsan keadilan lingkungan untuk semua. ya untuk semua. saya percaya pada kekuatan masing-masing orang untuk melahirkan perubahan. demikian juga kesaksian masyarakat sekitar pertambangan batubara.

seminar yang diawali dengan strategi pengelolaan pertambangan oleh kepala Dinas ESDM Kalimantan selatan, penuh retorika jeratan aturan-aturan. khususnya UU 11 tahun 1967 yang tidak memasukkan aspek lingkungan. meski pun menjadi makin nihilis ketika konstitusi yang menyiratkan hak menguasai oleh negara dan memiliki itu substansinya sangat berbeda dalam bahasa hukum. itu yang saya simak dari argumentasi salah satu peserta. kemudian hasil riset ED WALHI KALSEL dan Studi Bu Erwiza dari LIPI yang demikian menghentak.

Jumlah mobil mewah yang beredar di jalan raya, rata-rata milik pengusaha tambang dan tidak sebanding dengan fasilitas pendidikan dan debu jalanan yang menyesakkan dan menaikkan jumlah penderita penyakit ISPA (infeksi saluran pernafasan atas) di Banjar. demikian paparan ari dari researcher ED KALSEL. sementara Bu Erwiza menemukan kaitan erat antara "watak" politisi lokal-nasional dengan bisnis pertambangan. bahkan tidak hanya kalsel tetapi bangka belitung dengan tambang timahnya dan tempat-tempat lain.

Menarik gagasan peserta dari banjarmasin yang mengkritisi kelembagaan dan perangkat pengelola yang memberi ijin, mengawasi dan memanatau aktivitas pertambangan. ijin Kontrak kuasa pertambangan pada tahun 2007 jumlahnya ditas 800KP, sedangkan petugas pengawas di ESDM Provinsi maupun Kabupaten se Kalimantan adalah enam orang saja. sebuah pekerjaan yang sungguh tidak sesuai kemampuan dan melebihi sumber dayanya sendiri. koq tidak dibuat sedikit dan sesuai jumlah pengawas saja agar efektif? demikian dia menggugat! apalagi kaitannya dengan kesejahteraan sangat jauh karena PLTU yang di support dari batubara di KALSEL tidak sampai 5% dari seluruh jumlah barubara yang diambil, karena habis untuk dieksport dan memenuhi insdustraialisme di Pulau-pulau lain indonesia, termasuk Jawa.

dengan semangat percaya pada warga belajar. saya belajar melahirkan pertanyaan untuk melanjutkan proses pertemuan seminar di sesi satu dan sesi kedua tentang melahirkan gagasan baru. untuk ini saya menggunakan metode Word Cafe "CAFE WALHI". sebuah proses dialig dan pasar info bagi semua peserta untuk menjadi dirinya sendiri. saya lihat pak Arbani (ketua Serikat Nelayan Saijaan) Kota Baru sangat antusias dan semangat sekali berdialog-berdebat dengan utusan pemerintah di meja cafenya.

terima kasih buat ED WALHI KALSEL dan JATAM yang sudah melibatkan saya dalam proses pertemuan ini untuk menjadi fasilitator. begitu juga Ozi yang sudah mengenalkan istilah dan metode menyajikan informasi yang berwibawa dan teratur melalui FOTONOVELLA. sebuah gagasan menarik yang akan saya gunakan di metode pertemuan selanjutnya di Kota Batu Jawa Timur saat memfasilitasi desain ecowisata inspiratif bersama para pemuda Desa Pesanggarahan. Ya sebuah desa bertempat di lereng gunung panderman yang kaya dengan ide dan energy alternatif Biogas tanggal 16-18 Mei sepulang dari banjar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih telah mengunjungi KAMPOES NgoPi. Kebersamaan Anda tentu makin membuat cita-cita merdeka, kreatif, inovatif bisa makin menggelora dan antusias...